Sabtu, 07 Januari 2012

KERAPU MACAN

    Kerapu macan termasuk kelompok ikan kerapu yang berharga tinggi. Jenis kerapu ini merupakan ikan asli Indonesia yang hidup tersebar di berbagai perairan berkarang di Nusantara. Selain di Indonesia, daerah penyebaran kerapu macan meliputi perairan di wilayah Indo-Pasifik.
A.  Klasifikasi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Randall, (1991) mengklasifikasikan ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) sebagai berikut:
Phylum : Chordata       
Class : Teleostomi/Teleostei                                                 
Sub Class : Actinopterygii          
Ordo : Perciformes
Sub Ordo : Percoidae
Family : Serrenidae
Sub Family : Epinephilinae
Genus : Epinephelus
Species : Epinephelus fuscoguttatus

B.  Morfologi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan memiliki bentuk tubuh agak rendah, moncong panjang memipih dan menajam, maxillarry lebar diluar mata, gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan poterior. Sirip dadanya berwarna merah, sedangkan sirip-sirip yang lain mempunyai tepi coklat kemerahan. Pada garis rusuknya terdapat 110-114 buah sisik (Ghufran, 2001).

C.  Habitat dan Daerah Penyebaran Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) hidup di habitat berkarang sehingga disebut juga ikan kerapu karang, penyebarannya mulai daerah tropic sampai sub tropic. Di Indonesia ikan kerapu macan terdapat hamper diseluruh wilayah perairan seperti: Teluk Banten, Ujung Kulon, Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimunjawa, Madura, Kalimantan, dan Nusa Tenggara (Sugama dkk, 2001). Selain terumbu karang lokasi kapal tenggelam juga menjadi rumpon yang nyaman bagi ikan kerapu macan. Ikan-ikan tersebut akan berdiam dalam lubang-lubang karang atau rumpon dengan aktifitas relatif rendah.
Ikan kerapu macan pada umumnya hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,53-3 m. Pada umumnya ikan kerapu macan menyenangi air laut dengan salinitas 33-35 ppt. suhu perairan di Indonesia tidak menjadi masalah karena perubahan suhu, baik harian maupun tahunan sangat kecil dan biasanya berkisar antara 27-320C. pada lapisan permukaan air yang tidak tercemar biasanya mengandung oksihen terlarut yang memadai untuk pertumbuhan ikan. kandungan oksigen terlarut dalam air laut minimal 4 ppm. Air laut memiliki pH berkisar antara 7,6-8,7 dan mempunyai daya penyangga yang besar terhadap perubahan keasaman.

D.  Kebiasaan Makan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan jenis ikan karnivora. Sifat kanibalnya muncul apabila kekurangan pakan terutama terlihat pada stadia awal. Dari pengamatan isi perut kerapu kecil diketahui kandungan didalamnya didominasi oleh golongan Crustacea sebanyak 83% dan ikan-ikan 17%. Namun, semakin besar ukuran ikan kerapu macan komposisi isi perutnya cenderung didominasi oleh ikan-ikan. jenis udang-udangan yang banyak dijumpai dalam isi perut ikan kerapu macan adalah jenis udang krosok (Parapeneus sp), udang dogol (Metapeneus sp), dan udang jerbung (Penaeus merguiensis). Sementara kelompok ikan yang ditemukan dalam isi perut ikan kerapu macan adalah jenis ikan teri (Stelopterus sp), ikan baronang (Siganus sp), ikan blanak (Mungil sp), dan cumi-cumi (Loligo sp) dalam jumlah kecil (Akbar, 2000).
Ikan kerapu macan mempunyai kebiasaan makan pada pagi hari sebelum matahari terbit dan menjelang matahari tenggelam. Di alam ikan kerapu macan makan sambil berenang diantara batu-batu karang, lubang atau celah-celah batu yang merupakan tempat persembunyiannya. Dari tempat itulah ikan kerapu menuggu mangsanya, bila mangsa tampak dari jauh ikan kerapu macan melesat cepat untuk menangkap dan menelannya, kemudian kembali ketempat persembunyiannya (Akbar, 2000). Ikan kerapu macan yang dibudidayakan secara terkontrol, saat akan memijah ditandai dengan nafsu makan yang menurun jadi pada saat ikan akan memijah pemberian pakan dikurangi dan saat memijah tidak diberi pakan.


E.  Sistem Reproduksi Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
ikan kerapu.jpgReproduksi ikan kerapu macan bersifat hermaprodit protogini, yakni pada tahap perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis klamin betina kemudian berubah menjadi jantan setelah tumbuh besar atau ketika umurnya bertambah tua. Menentukan jenis klamin ikan kerapu macan jantan dan betina dapat dilakukan dengan dua cara, yakni menggunakan selang mikro (kanulasi) yang mampu menghisap telur atau sperma dan menggunakan metode penggurutan. Ikan kerapu macan betina akan mengeluarkan telur jika diurut, sementara yang jantan mengeluarkan sperma.




Gambar 1 Ikan kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Pemijahan induk ikan kerapu macan yang dibudidayakan secara terkontrol dilakukan dengan menggunakan tekhnik rangsangan lingkungan. Keuntungan dari rangsangan lingkungan adalah dihasilkannya telur yang rata-rata berkualitas baik, pemulihan induk cepat dan pematangan gonad kembali teratur (Sudaryanto, 1999).
Fenomena perubahan klamin pada ikan kerapu macan sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks klamin, dan ukuran (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003). Bobot induk ikan kerapu macan betina mencapai 3-4,5 kg dan sedangkan induk kerapu macan jantan mencapai 5-6 kg keatas atau ketika ikan kerapu macan jantan sudah mampu menghasilkan sperma untuk membuahi telur ikan betina. Dihabitat aslinya ikan kerapu macan melakukan pemijahan pada malam hari, yakni antara pukul 20.00 hingga pukul 03.00 pagi. Biasanya ikan kerapu jantan akan berenang berputar-putar mengikuti ikan kerapu macan betina, dan setelah ikan kerapu betina mengeluarkan telurnya maka ikan kerapu macan jantan akan mengeluarkan spermanya sehingga telur akan dibuahi oleh sperma tersebut (Subyakto dan Cahyaningsih, 2003).

F.   Tekhnik Pembenihan Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
Dalam usaha pembenihan ikan kerapu macan, pemijahan sangat ditentukan oleh jumlah dan mutu induk, sedangkan mutu telur dan sperma dipengaruhi oleh jenis dan mutu pakan (Sugama et al, 2001).
a)      Seleksi Induk
Induk yang dianggap ideal untuk pemijahan adalah yang memiliki berat antara 6-12 kg/ekor. Induk yang digunakan dalam pemijahan harus dalam kondisi sehat, tidak terserang penyakit, tidak cacat fisik, bai parasiter maupun non parasiter, dan gerakannya lincah (Ghufran, 2001). Kematangan kelamin induk jantan ikan kerapu diketahui denan cara mengurut bagian perut ikan (stripping) ke arah awal sperma yang keluar warnan putih susu dan jumlahnya banyak diamati untuk menentukan kualitasnya. Kematangannya kelamin induk betina diketahui dengan cara kanulasi, yaitu memasukkan selang plastik ke dalam lubang kelamin ikan, kemudian dihisap. Telur yang diperoleh diamati untuk mengetahui tingkat kematangannya, garis tengah (diameter) telor diatas 450 mikron.
b)      Pemijahan
Induk kerapu matang kelamin dipindahkan ke bak pemijahan yang sebelumnya telah diisi air laut bersih dengan ketingian 1,5 m dan salinitas 32 ‰. Manipulasi lingkungan dilakukan menjelang bulan gelap yaitu dengan cara menaikkan dan menurunkan permukaan/tinggi air setiap hari. Mulai jam 09.00 sampai jam 14.00 permukaan air diturunkan sampai kedalaman 40 cm dari dasar bak. Setelah jam 14.00 permukaan air dikembangkan ke possisi semula (tinggi air 1,5 m). Perlakuan ini dilakukan terus menerus sampai induk memijah secara alami.
Rangsangan hormonal induk kerapu matang kelamin disuntik dengan hormon Human Chorionic Gonadotropin (HGG) dan Puberogen untuk merangsang terjadinya pemijahan. Takaran hormon yang diberikan adalah: HGG 1.000-2.000 IU/kg induk dan Puberogen 150-225 RU/kg induk. Pengamatan pemijahan ikan dilakukan setiap hari setelah senja sampai malam hari. Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari antara jam 22.00-24.00 WIB. Diduga musim pemijahannya terjadi 2 kali bulan Juni -September dan bulan Nopember-Januari. Bila diketahui telah terjadi pemijahan, telur segera dipanen dan dipindahkan ke bak penetasan.bak pemeliharaan larva.
c)      Penetasan Telur
Bak yang dipergunakan untuk penetasan telur sekaligus juga merupakan bak pemeliharaan larva, terbuat dari beton, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 4x1x1 m³. Tiga hari sebelum bak penetasan/bak pemeliharaan larva digunakan, perlu dipersiapkan dahulu dengan cara dibersihkan dan dicuci hamakan memakai larutan chlorine (Na OCI) 50-100 ppm. Setelah itu dinetralkan dengan penambahan larutan Natrium thiosulfat sampai bau yang ditimbulkan oleh chlorine hilang. Air laut dengan kadar garam 32 ‰ dimasukkan ke dalam bak, satu hari sebelum larva dimasukkan dengan maksud agar suhu badan stabil berkisar antara 27-28°C. Telur hasil pemijahan dikumpulkan dengan sistim air mengalir. Telur yang dibuahi akan mengapung dipermukaan air dan berwarna jernih (transparan). Sebelum telur ditetaskan perlu direndam dalam larutan 1-5 ppm acriflavin untuk mencegah serang bakteri. Padat penebaran telur di Bak Penetasan berkisar 20-60 butir/liter air media. Ke dalam bak penetasan perlu ditambahkan Chlorella sp sebanyak 50.000-00.000 sel/ml untuk menjaga kualitas air. Telur akan menetas dalam waktu 18-22 jam setelah pemijahan pada suhu 27-28°C dan kadar garam 30-32 ‰.
d)     Perkembangan larva
Larva yang baru menetas terlihat transparan, melayang-melayang dan gerakannya tidak aktif serta tampak kuning telur dan oil globulenya. Pada saat larva berumur D3 cadangan makanan berupa kuning telur telah terserap habis, mulut dan sistem penglihatan sudah mulai berfungsi, sehingga larva membutuhkan pakan dari luar tubuhnya. Karakteristik lainnya adalah timbulnya bintik hitam pada bagian dorsal.
Larva akan berubah bentuk menyerupai kerapu dewasa setelah berumur 31 hari. Masa kritis kedua dijumpai pada waktu larva berumur 8 hari (D8) memasuki umur 9 hari (D9), dimana pada saat itu mulai terjadi perubahan bentuk tubuh yang sangat panjang dan spesifik, sampai pada hari ke 20 (D20) larva berkembang dengan baik dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda kematian, akan tetapi memasuki hari ke 22 (D22), 23 (D23) sebagian dari larva baik yan masih kecil maupun yang sudah besar mulai nampak adanya kematian.
Diawali dengan adanya gerakan memutar (whirling) yang tidak terkendali kemudian terbalik lalu mati. Pada kasus tersebut diupayakan dengan cara merubah pakan Artemia dengan kandungan W3 HUFA yang lebih tingi.





Gambar 2 Perkembangan Bentuk Larva Ikan Kerapu Macan
Dari kasus ini tentunya dapat diajukan suatu hepotesa sementara bahwa kurannya unsur tertentu pada larva kerapu dalam waktu yang cukup lama akan mempengaruhi kondisi fisik dan kelangsungan hidup larva.
Adapun perkembangan larva kerapu dari umur 1 hari (D1) sampai umur 31 hari (D31) dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Table 1. Perkembangan Larva Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus)
 Hari ke
Tahap Perkembangan
Panjang (mm)
D1
Larva baru menetas transparan, melayang dan tidak aktif.
1,89–2,11
D3
Timbul bintik hitam di kepala dan pangkal perut.
2,14–2,44
D7-8
Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang.
7,98–8,96
D9-11
Timbul calon sirip punggung yang keras dan panjang.
15,88–17,24
D15-17
Duri memutih, bagian ujung agak kehitaman
17,2–18,6
D23-26
Sebagian duri mengalami reformasi dan patah, pada bagian ujung tumbuh sirip awal lunak
20,31–22,64
D29-31
Sebagian larva yang pertumbuhannya capat telah berubah menjadi burayak (juvenil), bentuk dan warnanya telah menyerupai ikan dewasa.
22,40–23,42

Tidak ada komentar:

Posting Komentar